Aku berada di posisi di mana pintu hati tidak terbuka untuk yang bukan kamu, sementara kamu, entah pintu mana yang sedang kamu tuju. Bukankah kita seperti titik-titik tanpa akhir? Dia menujuku, namun aku lebih memilih menujumu dan kamu entah ingin menuju ke mana.

“Kadang memang entah siapa yang seharusnya disalahkan; baik yang dikira memberi harapan, jahat dan dikira tidak memiliki perasaan, atau dia yang dari awal memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi. Ironi.”


 Mungkin tampak begitu salah ketika yang menujuku berharap untuk dibukakan pintu, namun aku selalu mau membukakannya untuk kamu. Seperti tidak ada habisnya. Seperti menuntut yang tanpa jeda. Entahlah, aku dibingungkan sendiri oleh keadaan.

Semoga, akan kutemukan kunci hati yang pas. Dan kamu akan menuju rumah yang tepat. Jika yang kamu dapat hanyalah ketidaknyamanan, kamu tahu bahwa kembali ke sini pun tak mengapa, aku bersiap membukakan pintu lagi, dan aku selalu menanti dengan penuh harapan, dan berjanji tidak akan menyerang dengan banyak tanya.

Waktu yang akhirnya akan menunjukkan; sepantas apa kamu untuk kutunggu, selayak apa aku untuk kamu tuju.
 
Top