REPUBLIKA.CO.ID, Manusia adalah makhluk unik. Ia memiliki kesadaran waktu yang kompleks, yakni kesadaran waktu dulu, sekarang, dan akan datang. Tentu saja kesadaran ini yang membedakan manusia dari makhluk lainnya, terutama binatang.
Nasib manusia salah satunya dapat ditentukan oleh kesadaran waktu tersebut. Jika manusia tidak memiliki kesadaran tersebut dan melewatkannya begitu saja, hidupnya akan merugi. Sebaliknya, hidupnya akan beruntung jika kesadaran waktu itu tumbuh dalam diri dan mengisinya dengan amal saleh. Hal tersebut ditegaskan Allah SWT, “Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr[103]: 1-3).
Didasarkan pada kesadaran waktu tersebut, manusia dapat dibagi ke dalam tiga tipe.
Pertama, tipe orang gila. Tipe manusia seperti ini hidup dan pikirannya senantiasa berada di masa lalu. Hidupnya dipenuhi dengan penyesalan terhadap kegagalan masa lalunya. Kegagalan tidak dijadikan pelajaran, tetapi malah dipakai alasan untuk bermalasan dan tidak melalukan apa pun untuk kebaikan diri dan lingkungannya.
Hatinya senantiasa gundah disertai keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Alquran menggambarkan tipe manusia ini dalam surah al-Ma'arij [70]: 19-22, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang tetap mengerjakan shalatnya.”
Kedua, tipe binatang. Manusia tipe ini hidup dan pikirannya hanya berada pada hari ini. Dia tidak pernah mengingat masa lalunya, apalagi memikirkan akibat yang akan dialaminya dari perbuatan yang dilakukannya hari ini. Baginya yang penting hari ini senang dan kenyang. Tidak peduli ada orang lain yang merasa dirugikan akibat perbuatannya.
Kalau mencari nafkah, orang seperti ini akan seperti binatang mencari makan. Ia tidak akan memedulikan status halal atau haram dari harta yang dicarinya. Baginya yang penting duit, duit, dan duit. Di pikiran dan hatinya yang tersimpan hanya duit, tidak sedikit pun menyisakan ruang untuk Allah SWT.
Akibatnya, ia menjadi buta, tuli, dan tamak. Matanya tidak lagi dapat melihat kekuasaan Allah, telinganya tidak lagi bisa mendengar ayat-ayat Allah, dan hatinya tidak lagi tersentuh oleh peringatan Allah. Walaupun, peringatan tersebut datang berulang-ulang menimpa dirinya. Allah SWT mengancam tipe manusia seperti ini dengan firman-Nya, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A'raf [7]: 179)
Ketiga, tipe orang takwa. Manusia tipe ini senantiasa hidup di tiga dimensi waktu, dulu sekarang, dan akan datang. Masa lalunya ia jadikan sebagai ibrah (pelajaran) (QS Yusuf[12]: 111) dan masa kininya digunakan untuk memupuk amal saleh sebanyak-banyaknya. Itu semua dilakukannya untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan berguna. Bagi orang takwa, masa lalu adalah guru sehingga menjadi sumber pembelajaran.
Masa kini adalah hadiah (present) dari Allah sehingga dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dan masa depan adalah harapan sehingga direncanakan sejelas mungkin. Keharusan menjadi manusia seperti ini ditegaskan oleh Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 9). Wallahu a'lam. 
 
Top