Imam Sya’bi pernah bercerita, bahwa ada
seorang laki-laki menangkap burung kecil. Burung kecil itu dengan takdir Allah
dapat berbicara dengan lidah fasih. Katanya: “ Tuan, saya adalah burung yang
sangat kecil, kalau akan dimakan,tidak akan mengenyangkan tuan. Tetapai kalau
tuan mau melepaskan saya, insyaAllah saya akan berikan tiga buah nasehat. Yang
sangat berguna”.
“bagus, kata orang itu. Mana nasehat yang
tiga itu, terangkan supaya bias kulepaskan. Nanti kamu bohong”.
Burung itu menjawab: “ Lepaskan dulu, baru
saya akan berikan, nanti Tuan bohong.”
Akhirnya keduanya berdamai, karena
keduanya sama-sama menghendaki yang sangat bertentangan.
“Begini saja, kata burung itu. Satu
nasehat aku berikan sekarang, kemudian yang satu saya berikan sesudah saya
didahan kayu itu, dan terakhir setelah saya sampai dilereng gunung itu.”
Orang itu sanggup. “Nasehat pertama,
jangan percaya pada sesuatu yang sulit dijangkauoleh akal.”
Burung itu kemudian dilepas, ia terbang
dan bertengger pada ranting kayu, lalu berkata: “ yang Kedua, jangan
menginginkan sesuatu yang tidak mungkin didapat.”
Burung itu kemudian terbang kelereng
gunung. Orang itu mengikuti dan berkata: “mana yang Ketiga ?.”
Burung itu kemudian berkata: “sebelum saya
sampaikan yang ketiga, saya akan bercerita, bahwa didalam perut saya ada dua
biji permata yang beratnya masing-masing 100 gram.”
Mendengar cerita burung itu, orang
laki-laki itu sangat kecewa. “Pantas kamu pintar sekali bernasihat, karena ada
permata dalam perutmu. Mengapa saya lepaskan kamu tadi. Nanti saya tangkap kamu
lagi, saya akan ambil permata yang dua buah itu. Sekarang terangkan nasehat
yang ketiga”.
Burung itu menjawab: “percuma saya berikan
anda nasihat. Anda tidak bias mengamalkannya. Yang dua anda sia-siakan, apalagi
kalau saya brikan yang ketiga-tiganya.”
“mengapa kamu katakana demikian?”
“ia, kan saya sudah katakana. Jangan
percaya pada sesuatu yang sulit dijangkau oleh akal. Kemudian kemudian saya
bercerita bahwa dalam perut saya ada dua buah permata yang masing-masing
bertanya 100 gram. Berarti yang dua itu beratnya 200 gram. Padahal beratku
seluruhnya tidak sampai sekian. Mengapa anda percaya?.”
Kemudian nasihat yang kedua: “Jangan
menginginkan sesuatu yang tidak mungkin didapat. Anda menginginkan dua buah
permata dari dalam perutku. Mana mungkin anda dapat?. Nasihatku yang dua itu
saja tidak bias anda amalkan,apalagi kalau ditambah. Ya sampai disini saja.
Selamat tingga.”
Setelah berkata demikian, burung itu
pergi, terbang entah kemana. Tinggallah orang itu bengong seorang diri.---
Dikutip dari : Buku USWATUN HASANAH Bagian
1, Kemuliaan Hari Jum’at. Karya Alm. TGH. L. Ibrahim M. Thoyyib